Resopa Temmangingngi Namalomo Naletei Pammase dewata...
Home » PEREMPUAN: TERJUN DI PUBLIK BUKAN JAMINAN

PEREMPUAN: TERJUN DI PUBLIK BUKAN JAMINAN


      Salah satu keinginan dari lahirnya gerakan-gerakan feminis sebagai wujud dari emansipasi adalah diikutsertakannya perempuan dalam wilayah publik. Hal ini adalah salah satu pengejawantahan dari kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sebagai bias gender.
        Stereotipe yang mengatakan bahwa laki-laki tempatnya di wilayah publik dan perempuan di wilayah domestik, dirasakan sebagai bentuk ketidakadilan gender dimana telah menyumbat potensi-potensi perempuan yang tidak menutup kemungkinan mereka (perempuan) pun mampu terlibat di wilayah publik.
       Tapi ternyata hal ini dimanfatkan oleh segelintir orang yang berjiwa kapitalis. Keinginan perempuan untuk terlibat di wilayah publik dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
       Di satu sisi banyak perempuan berlomba-lomba mengejar target (yang katanya keberhasilan perempuan diukur dari aksesnya di sektor publik) sehingga terkadang mengaburkan makna emansipasi yang sesungguhnya. Perempuan semakin larut dalam pencapaian target ini, yang ternyata sadar atau tidak sadar mampu membawa dirinya tuk terjebak pada eksploitasi perempuan.
       Hal ini dapat kita saksikan sendiri dalam realita yang terjadi dewasa ini, begitu banyak perempuan yang telah melibatkan diri di wilayah publik. Lantas pertanyaan sederhana akan muncul "apakah terjunnya perempuan di sektor publik kini telah mampu mengangkat harkat dan martabatnya ataukah malah hanya menjatuhkan?"
       Yach, ternyata banyaknya kaum hawa berkecimpung langsung di wilayah publik tidak dengan serta merta mampu membuat kondisi perempuan menjadi lebih baik. Memang mereka ada di wilayah publik, tapi publik bagian mana?
       Kita lihat saja, perempuan menjadi pasar, dimedia misalnya, justru dijadikan objek iklan dimana tubuh mereka menjadi penglaris produk-produk tertentu. Bahkan kuota 30% perempun dalam politikpun dijadikan pemikat parpol( partai politik) tertentu utuk mendapat simpati bahwa partai mereka begitu memperhatikan kemajuan perempuan, tapi toh ternyata posisi perempuan bukanlah pada posisi-posisi penting tetapi malahan pelengkap belaka.
       Kita tak bisa tinggal diam melihat fenomena ini, masalah ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama yang harus segera dicari solusinya.
                       Makanya sah-sah saja pernyataan bahwa " ternyata memang lebih baik perempuan di wilayah domestik saja, daripada terjun ke publik justru memprihatinkan"
Sebenarnya pertama-tama kita harus menilik kembali tentang peran domestik vs peran publik. Pelabelan yang telah melekat bahwa publik adalah wilayah penting sedangkan domestik adalah wilayah nomor dua merupakan alasan yang membuat kita mengabaikan akan pentingnya peran domestik. Makanya tidak jarang perempuan berusaha merebut wilayah public sehingga mengabaikan perannya diwilayah domestik. Sesungguhnya kalau kita mau jujur peran domestik tidak kalah pentingnya dengan wilayah publik.
        Berbicara kemajuan Negara, itu tidak terlepas dari kesuksesan dari setiap keluarga sebagai ruang lingkup yang lebih kecil. Ingattttttt peran perempuan sebagai seorang ibu dalam sebuah keluarga dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas itu bukan tugas yang ringan dimana generasi muda itulah yang akan melanjutkan perjuangan bangsa. Jadi tugas mendidik membutuhkan keahlian tersendiri sehingga dibutuhkan perempuan yang bisa menjadi ibu-ibu yang cerdas buat anaknya.
        Pemikiran bahwa perempuan baru dapat dikatakan berhasil/hebat apabila bisa terjun langsung diwilayah publik itu harus kita ubah. Sebenarnya bukan sektor publik atau domestiknya yang jadi masalah tapi bagaimana kita bisa berperan optimal dalam sektor yang kita geluti.
        Kedua, bukan berarti dengan penjabaran akan pentingnya wilayah domestik dan peran penting perempuan dalan mencetak generasi penerus bangsa membuat perempuan tak bisa terjun di wilayah publik. Perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki dalam hal ini. Tapi perempuan harus menyiapkan diri dengan semaksimal mungkin agar perempuan pun diperhitungkan eksistensinya dan tidak dijadikan objek. Perempuan harus pandai memilah-milah agar tidak terjebak pada hal-hal yang justru melestarikan eksploitasi perempuan sehingga membuat kondisi perempuan semakin terpuruk.

Sebelum mengambil kesempatan perhatikan kesiapan diri.
Karena bila tidak sama saja dengan bunuh diri.
Jujur pada diri sendiri jauh lebih baik
Daripada terus memaksakan diri
Sesuatu yang dipaksakan
Tidak akan mencapai hasil yang optimal.

0 komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget