Kalau saat ini kita pergi ke pusat-pusat perbelanjaan, kafe, bar, diskotik maupun tempat-tempat hiburan lainnya maka hampir semuanya menampilkan nuansa valetine day disitu, mulai dari sekedar memajang sampai menjual produk-produk dan pernak-pernik valentine day maupun menyelengarakan pesta-pesta dengan tema yang yang sama. Hal yang sama dijumpai juga di media massa (terutama televisi) mereka seakan-akan berlomba untuk “bersabda” tentang hari (yang katanya) identik dengan kasih sayang ini.
Tapi alangkah baiknya sebelum kita rayakan valentine day ini maka marilah kita melihat sejenak apa itu valentine day dan ada apa dengannya, secara etimologis (asal kata) “valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti; Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa, kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus (dewa Romawi kuno).
Jika ditinjau dari sejarahnya (secara historis) maka akan kita dapati beberapa versi tentang valentine day ini, versi pertama; untuk memperingati kematian Santo Valentine yang konon dihukum mati oleh kaisar Claudius II pada tanggal 14 Februari 269 M karena melawan perintahnya dengan menikahkan secara diam-diam banyak pasangan muda-mudi, padahal pada saat itu kaisar melarang pernikahan karena sangat membutuhkan tenaga para pemuda yang masih bujangan untuk dijadikan tentara, versi kedua hampir sama dengan versi pertama, tapi perbedaannya adalah bukan banyak pasang yang dinikahkan oleh Santo Valentin (disini juga terjadi perbedaan penyebutan nama) namun dia hanya memberikan restu kepada sepasang muda-mudi yang melakukan pernikahan terselubung, sehingga dia dipancung oleh kaisar Roma pada tahun 270 M dan mayatnya di kuburkan di tepi jalan Flamenia, sedangkan menurut versi ketiga kaisar Claudius II memenjarakan Santo Valentine karena dia menyatakan bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan dan menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi kuno, orang-orang yang bersimpati kemudian menulis surat kepada Santo Valentine dan menaruh di terali penjara, selain ketiga versi diatas, ternyata masih banyak versi tentang asal muasal valentine day.
Selain itu perlu juga diketahui bahwa ada kepentingan kapitalisme global dibalik perayaan valentine day, karena pada saat ini jutaan bahkan milyaran manusia di muka bumi merayakan hari “raya” ini dengan cara membeli coklat, mawar dan mengirimkan kartu maupun pernak-pernik lainnya kepada pasangannya masing-masing, ini tentunya menguntungkan para pemilik modal (borjuis / mustakbirin) yang semuanya punya kaitan dengan kapitalisme global, apapun bentuknya.
Mudah-mudahan dengan mengetahui apa dan bagaimana (sejarah) valentine day yang simpang siur dan kontradiksi itu, serta “untuk apa” (kepentingan) dibalik perayaan ini), kita bisa merenungkan kembali apa manfaat / kegunaan dari valentine day agar tidak terjebak dalam kesia-siaan. Budaya dan kearifan lokal kita penuh dengan nilai-nilai kebajikan, cinta serta kasih sayang, sehingga kita tidak perlu membatasinya pada satu hari saja, sebab CINTA dan KASIH SAYANG itu abadi (perenial) yang perjalanannya melintasi dimensi ruang dan waktu, jadi merayakan valentine day sama dengan mereduksi CINTA dan KASIH SAYANG.
Untuk itu mulai saat ini marilah kita sama-sama mengatakan TIDAK untuk valentine day agar tidak latah dan ikut-ikutan merayakan sesuatu yang sebenarnya adalah mitos belaka , sekali lagi mari kita semua katakatan TIDAK untuk valentine day.
Resopa Temmangingngi Namalomo Naletei Pammase dewata...
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
2 komentar:
buka aja..http://trulyislam.blogspot.com
waw
Posting Komentar