Resopa Temmangingngi Namalomo Naletei Pammase dewata...
Home »
GERAKAN
»
menatap sidrap dari timur
Label:
GERAKAN
“…menatap SIDRAP dari Timur”
(pengantar renungan generasi)
Menatap SIDRAP dari Timur.
Sedikit puitis tapi juga kedengaran agak provokatif.
Tergantung persepsi dan paradigma kita memahaminya.
Jika mempersepsi terminologi Timur sebagai suatu simbol identitas lain,
yang berbeda dengan diri kita,
maka kita menjebak diri dalam dikotomi :
Timur ATAU Barat,
Utara ATAU Selatan,
Laki-laki ATAU Perempuan,
Tua ATAU Muda…
Sebuah diskursus yang tidak jelas ujungnya.
Dan perdebatan itu telah usang dimakan zaman.
Kita telah banyak membaca dan memahami bahwa zaman ini bukan lagi zaman ATAU,
melainkan zaman DAN.
Sehingga energi akan bergerak menuju sinergitas potensi menjadi :
Timur DAN Barat,
Utara DAN Selatan,
Laki-laki DAN Perempuan,
Tua DAN Muda…
Maknanya, kita akan melihat dalam rintangan ada peluang,
dan bukan melihat tantangan sebagai rintangan.
Kami telah mengambil posisi untuk menatap SIDRAP dari Timur,
mungkin yang lainnya menatap SIDRAP dari Barat, dari Utara, dari Selatan.
Kita berada dan berdiri di tempat yang berbeda,
tapi pandangan kita akan bertemu di satu titik : SIDRAP
Kalau melihat Timur dari SIDRAP,
Melihat Barat, Utara, Selatan dari SIDRAP,
Maka niscaya pandangan kita tidak akan bertemu
walaupun berada dan berdiri di titik yang sama : SIDRAP
Kami sudah di sini…
Dari Timur Matahari akan terbit
Di sana ada harapan, ada suara, ada gerak
Setelah matahari terbit…
Semuanya akan berharap,
seperti harapan makhluk hijau pada sinar matahari
Semuanya akan bersuara,
seperti suara kokok ayam jantan dikala pagi
Semuanya akan bergerak, seperti :
Gerak petani menuju sawah
Gerak pedagang menuju pasar
Gerak pegawai menuju kantor
Gerak guru menuju sekolah
Langkah ringan dan riang anak-anak sekolahan menuju ILMU,
assikolaki’ ndi’…!
Resopa Temmangingngi NaMalomo Naletei Pammase Dewata
menatap sidrap dari timur
Diposting oleh
poison boys
“…menatap SIDRAP dari Timur”
(pengantar renungan generasi)
Menatap SIDRAP dari Timur.
Sedikit puitis tapi juga kedengaran agak provokatif.
Tergantung persepsi dan paradigma kita memahaminya.
Jika mempersepsi terminologi Timur sebagai suatu simbol identitas lain,
yang berbeda dengan diri kita,
maka kita menjebak diri dalam dikotomi :
Timur ATAU Barat,
Utara ATAU Selatan,
Laki-laki ATAU Perempuan,
Tua ATAU Muda…
Sebuah diskursus yang tidak jelas ujungnya.
Dan perdebatan itu telah usang dimakan zaman.
Kita telah banyak membaca dan memahami bahwa zaman ini bukan lagi zaman ATAU,
melainkan zaman DAN.
Sehingga energi akan bergerak menuju sinergitas potensi menjadi :
Timur DAN Barat,
Utara DAN Selatan,
Laki-laki DAN Perempuan,
Tua DAN Muda…
Maknanya, kita akan melihat dalam rintangan ada peluang,
dan bukan melihat tantangan sebagai rintangan.
Kami telah mengambil posisi untuk menatap SIDRAP dari Timur,
mungkin yang lainnya menatap SIDRAP dari Barat, dari Utara, dari Selatan.
Kita berada dan berdiri di tempat yang berbeda,
tapi pandangan kita akan bertemu di satu titik : SIDRAP
Kalau melihat Timur dari SIDRAP,
Melihat Barat, Utara, Selatan dari SIDRAP,
Maka niscaya pandangan kita tidak akan bertemu
walaupun berada dan berdiri di titik yang sama : SIDRAP
Kami sudah di sini…
Dari Timur Matahari akan terbit
Di sana ada harapan, ada suara, ada gerak
Setelah matahari terbit…
Semuanya akan berharap,
seperti harapan makhluk hijau pada sinar matahari
Semuanya akan bersuara,
seperti suara kokok ayam jantan dikala pagi
Semuanya akan bergerak, seperti :
Gerak petani menuju sawah
Gerak pedagang menuju pasar
Gerak pegawai menuju kantor
Gerak guru menuju sekolah
Langkah ringan dan riang anak-anak sekolahan menuju ILMU,
assikolaki’ ndi’…!
Resopa Temmangingngi NaMalomo Naletei Pammase Dewata
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Posting Komentar